Sabtu, 30 November 2013

Rindu

Tangan yang dulu senantiasa tak lelah menjahit
senyum yang selalu tersirat dalam bibir mu 
hangatnya dekap peluk mu 
dan semua bijaknya nasehat mu

Semua kini tinggal kenangan 
kau tinggalkan aku, semua orang yang mencintai mu
kau tinggalkan dunia mu
kau sisakan kenangan mu

Selalu sesak dada ku mengingat mu
semua kebaikan dan kasih sayang mu 
Mbah.. aku rindu pada mu
hanya itu yang bisa ku ucap dalam doa

Selasa, 26 November 2013

Lampu merah malam

Aku tak tahu namanya, aku selalu melihatnya di lampu merah setiap malam, lelaki bertubuh kurus, berkulit hitam terbakar matahari. Ia selalu menari sambil tersenyum tulus tanpa beban, mukanya ber-rias apa adanya. Tariannya di iringi oleh suara gamelan seadanya. Senyumannya memang tulus tanpa beban, tetapi di balik senyumnya pasti banyak beban yang ia pikul, mungkin banyak beban yang harus ia tanggung, banyak pikiran yang ia pikirkan, ia tidak memikirkan dirinya, di pikirannya hanya anak dan istrinya yang selalu setia menemaninya di saat menari malam-malam, mungkin ia berfikir dapat kah esok ia makan? Atau nanti mau tidur di mana? Pikiran dan perasaan hawatir larut dalam gerak tari dan alunan gamelan. Suatu malam ku lewati lagi lampu merah itu, aku perhatikan zebra cross untuk mencari pemandangan tarian yang seperti biasa ku lihat setiap malam, tak ada, tak ada dia, saat ku tengok trotoar ternyata ia duduk bersama anak dan istrinya yang sedang menikmati 2 nasi bungkus untuk bertiga, dengan canda tawa dan ekspresi penuh syukur. Mungkin penari itu sangat bersyukur karena malam ini dia, istri dan anaknya masih bisa makan, walaupun sangat apa adanya.  “Wahai penari ajarilah aku agar bisa mensyukuri hidup seperti mu” rasanya ingin sekali mengucap itu karena aku mulai sadar selama ini aku lebih banyak menuntut dari pada mensyukuri yang aku punya, padahal banyak orang yang tidak seberuntung aku, tapi aku hanya bisa melihat mereka dari jauh dan menjadikannya teladan. Lampu lalu lintas pun kembali hijau aku pun kembali mengendarai motor ku pergi menjauh meninggalkan kebersamaan dan rasa syukur mereka.